Warta1.id – Di tengah mahalnya biaya tempat tinggal di perkotaan, sebuah penginapan di Semarang menawarkan harga yang tak masuk akal.
Dengan hanya Rp 4.000 per malam atau sekitar Rp 120 ribu per bulan, Pondok Boro menjadi pilihan tempat tinggal bagi para perantau dengan budget minim.
Terletak di bantaran Kali Semarang, tepatnya di RT 3/RW 5 Kelurahan Kauman, Kota Semarang, Pondok Boro sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Bahkan, banyak yang percaya penginapan ini telah berdiri sejak sebelum Indonesia merdeka.
Jangan bayangkan Pondok Boro seperti hotel dengan fasilitas lengkap.
Dari luar, bangunan ini tampak lusuh dan tua, seperti sudah lama tak dihuni.
Namun, di dalamnya terdapat sekitar 100 orang yang menetap di sana.
Pondok ini memang hanya diperuntukkan bagi laki-laki.
Fasilitas yang tersedia pun sangat sederhana, hanya berupa dipan untuk tidur dan rak kecil di sampingnya. Terdapat dua kamar mandi yang digunakan secara bergantian oleh para penghuni.
Sistem pembayarannya cukup fleksibel.
Jika penghuni sedang mudik atau pulang kampung, mereka diperbolehkan tidak membayar.
Meskipun tidak banyak yang tahu siapa pemilik gedung ini, ada seorang pengelola yang rutin datang untuk menarik uang sewa dan memberikan kartu catatan pembayaran.
Menurut cerita yang berkembang di kalangan penghuni, Pondok Boro dulunya merupakan sebuah gudang rempah-rempah pada era kolonial.
Pada sekitar tahun 1945, bangunan ini mulai difungsikan sebagai tempat menginap bagi para perantau.
Salah satu penghuni mengungkapkan bahwa dulunya lokasi ini dekat dengan tempat sandaran kapal di Kali Semarang.
Seiring waktu, seorang lurah bernama Darmin meminta seorang pekerja asal Kebumen untuk tinggal di gudang kosong itu.
Keberadaan para perantau yang tidur seadanya di sekitar Pasar Johar pun akhirnya berangsur-angsur berpindah ke Pondok Boro.
“Dulunya ini khusus untuk orang Kebumen. Tapi sekarang sudah bercampur dari berbagai daerah. Saya sendiri sudah tinggal di sini sejak 1996, sebelumnya kakek dan ayah saya juga tinggal di sini,” ungkap salah satu penghuni.
Sejak Pasar Johar mengalami kebakaran dan beberapa pedagang direlokasi ke sekitar Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), jumlah penghuni Pondok Boro mulai berkurang.
Namun, tempat ini tetap menjadi saksi perjalanan hidup banyak perantau yang mencari penghidupan di Kota Semarang.
Dengan harga yang terus mengalami kenaikan dari awalnya hanya Rp 200 per malam hingga kini Rp 4.000, Pondok Boro tetap menjadi salah satu penginapan paling murah yang masih bertahan di ibu kota Jawa Tengah.