Warta1.id – Dalam kehidupan rumah tangga, suami yang telah menunaikan kewajiban lahir dan batin, termasuk membahagiakan istri dengan perhatian dan memenuhi kebutuhan diluar kebutuhan rumah tangga, seharusnya mendapat penghormatan dan rasa syukur dari pasangannya. Namun, fenomena istri yang tetap menjelekkan suami di belakang, menggibah, dan mengungkit masa lalu yang telah berlalu menjadi sorotan para ulama sebagai bentuk dosa besar dalam Islam.
Perilaku tersebut bukan hanya menyakiti hati suami, tetapi juga melanggar prinsip-prinsip akhlak dan adab dalam berumah tangga. Dalam QS Al-Hujurat: 12, Allah SWT secara tegas melarang ghibah, yaitu membicarakan keburukan orang lain di belakangnya, dan mengibaratkannya seperti memakan daging bangkai saudara sendiri.
“Menjelekkan suami di hadapan orang lain, apalagi jika ia telah berusaha membahagiakan istri dengan perhatian, dan nafkah, adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah rumah tangga,” ujar salah satu penceramah dalam kajian keluarga Islami.
Tak hanya ghibah, mengungkit masa lalu suami yang telah berubah dan berusaha menjadi baik juga termasuk perbuatan yang menyakitkan dan tidak dibenarkan. Islam mengajarkan untuk menutup aib orang lain, terlebih jika mereka telah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim di dunia, maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.”
Sikap durhaka kepada suami tetap dianggap sebagai dosa besar, meskipun suami telah menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Rasulullah SAW bersabda:
“Perhatikanlah bagaimana hubunganmu dengannya, karena suamimu adalah surgamu dan nerakamu.” (HR Ahmad dan Nasa’i)
Artinya, seorang istri tetap memiliki kewajiban untuk menjaga lisan, menghormati suami, dan tidak membuka aib rumah tangga kepada orang lain. Ketidakmampuan menjaga adab ini bisa menjadi sebab tertolaknya amal ibadah dan rusaknya keharmonisan keluarga.
Para ulama menyerukan agar istri yang pernah melakukan kesalahan tersebut segera bertaubat, meminta maaf kepada suami, dan memperbaiki komunikasi. Menjaga lisan, bersyukur atas kebaikan suami, dan menghindari ghibah adalah kunci untuk membangun rumah tangga yang penuh berkah dan ridho Allah SWT.