Warta1.id – Media sosial kembali dihebohkan oleh sebuah rumor kontroversial yang mengklaim bahwa Raja Charles III telah memeluk agama Islam. Isu ini pertama kali mencuat melalui unggahan di platform X, di mana sebuah foto sang raja mengenakan pakaian tradisional Timur Tengah saat kunjungan diplomatik ke negara-negara Teluk dijadikan bukti “konversinya.”
Narasi ini berkembang pesat, dipicu oleh beberapa faktor:
1. Kedekatan Diplomatik dengan Negara Muslim
Raja Charles III dikenal memiliki hubungan erat dengan Arab Saudi, Qatar, dan negara-negara Islam lainnya. Komitmennya terhadap dialog antaragama dan ketertarikannya pada budaya Islam kerap menjadi sorotan.
2. Pernyataan Lama yang Ditafsirkan Ulang
Pada tahun 1990-an, saat masih menjadi Pangeran Wales, Charles menyatakan ingin menjadi Defender of Faith (Pembela Agama) dalam arti yang lebih luas, bukan hanya Kristen. Kini, pernyataan ini ditafsirkan sebagai petunjuk bahwa ia mungkin tertarik pada Islam.
3. Gaya Hidup dan Ketertarikan Pribadi
Beberapa laporan menyebutkan bahwa Charles menyukai makanan halal dan memiliki minat terhadap puisi sufi, terutama karya Jalaluddin Rumi. Hal ini dianggap sebagai sinyal keterbukaannya terhadap Islam.
Namun, hingga saat ini, tidak ada bukti konkret atau pernyataan resmi dari pihak kerajaan yang mendukung klaim ini.
Di Inggris, rumor ini memicu beragam respons. Beberapa menganggapnya sebagai lelucon atau spekulasi liar yang sengaja dibuat untuk menarik perhatian media. Di sisi lain, beberapa komunitas Muslim global menyambut kabar ini dengan antusiasme, bahkan mengunggah doa dan ucapan selamat.
Namun, kelompok konservatif di Inggris mengecam narasi ini, menganggapnya sebagai ancaman terhadap identitas nasional dan posisi Charles sebagai kepala Gereja Anglikan.
Sejarawan Dr. Sarah Mitchell dari Universitas Oxford menegaskan, “Tidak ada bukti nyata yang mendukung klaim ini. Minat Charles terhadap budaya Islam lebih mencerminkan pluralisme, bukan konversi.”
Sementara itu, analis media sosial John Carter mencatat bahwa pola penyebaran rumor ini menyerupai kampanye disinformasi yang sering menargetkan figur publik untuk memicu polarisasi.
Jika terbukti benar, konversi Raja Charles III ke Islam akan menjadi peristiwa bersejarah yang mengguncang Inggris. Sejak zaman Henry VIII, monarki Inggris selalu terikat dengan Gereja Anglikan. Pergeseran ini berpotensi memicu krisis konstitusional dan sosial yang besar.
Namun, bagi sebagian pengamat, isu ini lebih mencerminkan ketegangan budaya di era globalisasi. Dalam masyarakat yang semakin beragam, figur seperti Raja Charles menjadi objek proyeksi berbagai kepentingan dan interpretasi.
Hingga saat ini, Istana Buckingham belum memberikan pernyataan resmi terkait rumor ini. Seorang juru bicara kerajaan hanya menyatakan, “Kami tidak mengomentari spekulasi mengenai kehidupan pribadi keluarga kerajaan.”
Apakah ini sekadar teori konspirasi atau ada kebenaran di balik rumor ini? Hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, kasus ini kembali menegaskan betapa monarki Inggris tetap menjadi pusat perhatian global di tengah perubahan zaman.