Warta1.id – Dalam suasana awal bulan kemerdekaan Republik Indonesia, Masjid Al-Hidayah Polrestabes Semarang menjadi saksi penyelenggaraan Khutbah Jumat yang mengangkat tema strategis dan penuh makna: “Kemerdekaan dan Keadilan bagi Masyarakat”. Khutbah ini disampaikan oleh AM Jumai, seorang aktivis dakwah, pegiat sosial, dan tokoh Muhammadiyah Jawa Tengah yang dikenal vokal dalam isu keadilan dan kepemimpinan yang amanah.(1 Agustus 2025)
Khutbah yang berlangsung khidmat dan menyentuh tersebut dihadiri langsung oleh jajaran pimpinan Polrestabes Semarang, termasuk Kapolrestabes Semarang, Wakapolrestabes, para Kasat, serta sejumlah pejabat struktural lainnya. Sejumlah warga masyarakat dari lingkungan sekitar juga turut hadir, menjadikan suasana masjid penuh dan syahdu.
Makna Kemerdekaan dalam Perspektif Islam
Dalam khutbahnya, AM Jumai menyampaikan bahwa kemerdekaan sejati dalam Islam tidak semata-mata dimaknai sebagai bebas dari penjajahan fisik, melainkan lebih dalam dari itu: bebas dari perbudakan spiritual, tekanan sosial, dan ketimpangan ekonomi.
“Kemerdekaan sejati dicapai bukan dengan bebas tanpa arah, melainkan dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT dan menjalankan syariat-Nya,” ujarnya mengawali khutbah.
Ia mengutip firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 256, “Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat.” dan QS. Ibrahim: 1, yang menegaskan misi kenabian untuk membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya, sebagai dasar teologis bahwa kemerdekaan adalah transformasi spiritual dan sosial menuju keadilan.
Pemimpin Adil Lebih Utama dari Ibadah Panjang
Salah satu pokok khutbah yang paling menonjol adalah seruan agar para pemimpin di segala level dari rumah tangga, institusi, hingga negara menjalankan amanah dengan keadilan. AM Jumai mengutip sabda Rasulullah SAW:
“Satu hari seorang pemimpin yang adil lebih utama dari ibadah sunnah selama 60 tahun.” (HR. At-Thabarani dan Ibnu Asakir)
Sebalikya, ia juga mengingatkan bahwa:
“Kezaliman sesaat lebih berat dosanya dibanding maksiat puluhan tahun.”
Seruan ini menjadi refleksi tajam, terutama dalam konteks tugas-tugas aparat kepolisian sebagai penegak hukum dan pelindung masyarakat.
Tiga Tantangan Besar Kota Semarang
Dalam bagian kedua khutbah, AM Juma’i menyoroti realitas lokal Kota Semarang, sebagai ibu kota provinsi yang strategis namun menghadapi tantangan kompleks. Ia mengidentifikasi tiga krisis utama:
1. Krisis moral akibat urbanisasi dan degradasi nilai-nilai agama.
2. Krisis kepemimpinan yang tidak amanah, termasuk di ranah birokrasi dan politik.
3. Krisis ekologis, seperti banjir, rob, dan kerusakan lingkungan yang membutuhkan kepemimpinan visioner.
Ia menegaskan bahwa semua tantangan tersebut hanya bisa dijawab dengan “kepemimpinan yang memiliki keberanian moral, spiritualitas yang kuat, dan komitmen pada keadilan.”
Doa untuk Pemimpin dan Harapan untuk Bangsa
Menjelang akhir khutbah, AM Jumai memanjatkan doa khusus bagi para pemimpin bangsa — dari wali kota, gubernur, hingga para pejabat penegak hukum.
“Ya Allah, bimbinglah para pemimpin kami agar memimpin dengan keadilan, berikan hidayah kepada mereka agar menjalankan amanah, dan jauhkan mereka dari kezaliman.”
Ia juga mengajak jamaah untuk menjadi pemimpin di lingkup masing-masing — di rumah, di kantor, dan di masyarakat — dengan memberi keteladanan dan menjunjung tinggi kejujuran.
Khutbah sebagai Momentum Spiritualitas Kemerdekaan
Khutbah Jumat ini bukan sekadar pengingat menjelang HUT RI ke-80, tetapi menjadi seruan moral dan spiritual untuk menjadikan kemerdekaan sebagai ruang perjuangan menuju masyarakat yang adil, sejahtera, dan bermartabat. Masjid Al-Hidayah Polrestabes Semarang menjadi tempat kontemplasi dan penguatan komitmen bersama untuk mewujudkan nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.