Warta1.id – Pepatah Jawa “Girilusi Jalmo Tan Keno Kiniro” merupakan salah satu ungkapan tradisional yang sarat dengan nilai moral dan filosofi kehidupan. Artikel ini bertujuan menjelaskan makna harfiah, makna filosofis, serta relevansi pepatah tersebut dalam kehidupan sosial masyarakat modern. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis kajian literatur budaya Jawa.
Bahasa dan pepatah tradisional merupakan cerminan dari kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Masyarakat Jawa dikenal memiliki ungkapan-ungkapan bijak yang berfungsi sebagai pedoman etika, salah satunya “Girilusi Jalmo Tan Keno Kiniro”. Ungkapan ini tidak hanya berfungsi sebagai nasihat moral, tetapi juga sebagai refleksi nilai kesetaraan dalam relasi sosial.
Secara etimologis, pepatah ini tersusun atas kata-kata sebagai berikut:
* Giri = Gunung
* Lusi = Cacing
* Jalmo/Janma = Manusia
* Tan Keno Kiniro = Tidak dapat dinilai hanya dari lahiriah / tidak layak dihina
Makna literalnya menggambarkan bahwa meskipun cacing tampak kecil dan lemah, ia mampu mencapai puncak gunung. Analogi ini menekankan potensi perjuangan dan kemampuan manusia yang tidak boleh diremehkan.
Pepatah “Girilusi Jalmo Tan Keno Kiniro” memuat pesan moral sebagai berikut:
1. Larangan meremehkan sesama – Penilaian terhadap seseorang tidak boleh hanya berdasarkan status sosial, penampilan fisik, atau latar belakang ekonomi.
2. Nilai kesetaraan – Semua individu memiliki potensi dan hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Kerendahan hati – Ungkapan ini menekankan pentingnya menghindari kesombongan, sebab selalu ada pihak lain yang lebih bijaksana atau lebih unggul.
Dalam konteks kehidupan modern, pepatah ini dapat diterapkan pada berbagai aspek, antara lain:
* Pendidikan: Mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan kemampuan dan latar belakang teman sekelas.
* Lingkungan kerja: Menumbuhkan etos kerja berbasis penghargaan terhadap kontribusi setiap individu.
* Masyarakat umum: Mendorong sikap toleransi, kesetaraan, dan penghormatan terhadap keragaman sosial.
Ungkapan Jawa “Girilusi Jalmo Tan Keno Kiniro” tidak sekadar pepatah tradisional, melainkan pedoman etis yang relevan sepanjang masa. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya selaras dengan prinsip kesetaraan dan penghargaan terhadap martabat manusia. Dengan demikian, ungkapan ini menjadi bagian penting dari kearifan lokal Jawa yang patut dilestarikan dalam kehidupan sosial masyarakat modern.